Guru senior Muhammadiyah lima belas saat meberikan mata pelajaran kelas kepada anak didik sekolah.

sdmlimas.sch.id – Hari Guru Nasional, Mationo, guru senior di SD Muhammadiyah Lima Belas (15) Surabaya, telah mengabdikan diri selama 26 tahun silam meniti karir menekuni profesi tenaga pengajar sebagai seorang guru.

Mationo, guru senior di SD Muhammadiyah Lima Belas (15) Surabaya, abdikan diri selama 26 tahun tekuni profesi sebagai guru.Selama itu, ia telah hadapi berbagai tantangan, mulai dari administrasi yang banyak, karakter murid yang beragam, hingga orang tua yang kurang kooperatif.Karena harus pilih untuk menentukan arah tujuan hidup ia sempat alani kuliah dan bekerja jadi guru sekolah dasar di awal karier.”Ada banyak tantangan yang dihadapi guru. Salah satunya adalah administrasi yang banyak, sedangkan gaji masih kurang. Selain itu, kita juga harus menghadapi karakter murid yang beragam, dan orang tua yang kurang kooperatif,” paparnya.

Meskipun demikian, Mationo tetap bersemangat mengajar. 

Baginya, mengajar adalah ibadah yang pahalanya bisa diambil di akhirat. Selain itu, mengajar juga bisa mentransfer ilmu untuk masa depan orang lain, dan sarana meningkatkan wawasan.

“Saya selalu siap ikhlas menghantarkan para siswa menjadi generasi yang sholeh dan sholihah,” ujar pria yang miliki 4 bersaudara dan adik juga seorang Guru.

Mationo juga mengingatkan para guru untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Menurutnya, teknologi bisa dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.”Teknologi terus berkembang pesat. Disinilah saat tepat, kita harus siap beradaptasi dan memanfaatkan teknologi secara optimal,” tuturnya.Kepada para siswa, Mationo berpesan agar terus belajar selama masih ada waktu. Ia mengingatkan bahwa teknologi terus berkembang pesat, dan mereka harus siap menghadapi tantangan di masa depan.”Kalian adalah investasi masa depan,” kata Mationo. Oleh karena itu, teruslah belajar dan pegang teguh ajaran agama agar tidak tersesat.

Mationo juga menceritakan kisah Kaisar Hirohito dari Jepang.Setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, kaisar bertanya kepada para petingginya, “Ada berapa tentara yang tewas?”Para petingginya menjawab, “Lebih dari 100.000 tentara.”Kemudian, kaisar bertanya lagi, “Ada berapa guru yang tewas?”Para petingginya menjawab, “Hanya beberapa.”Mationo mengatakan bahwa kisah ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru.Gurulah yang membentuk generasi penerus bangsa.”Kita harus bisa menilai perjuangan seorang guru,” tutup Mationo mengakhiri wawancara.

suarajatimpos.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here